DAMPAK POSITIF PADA SOSIAL POLITIK MASYARAKAT MODERN DENGAN PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN PENERBITAN BUKU BERBASIS MELAYU KLASIK
Oleh : Dr. Abdullah Sani Usman
1.1 PENDAHULUAN
Globalisasi, dengan
jelas telah mempengaruhi dan membentuk karakteristik masyarakat modern. Oleh yang demikian, globalisasi tentu
mempunyai dampak, apakah dampaknya positif ataupun negatif. Hal ini perlu dicermati sejak awal, apa punca penyebabnya
dan bagaimana cara untuk memperbaikinya, agar tidak terlambat memperbaikinya
atau bahkan menjadi duri dalam daging yang sangat sakit dan susah untuk diatasi.
Kebimbangan ini jelas terlihat dari gejala-gejala sosial yang terjadi yang
turut membawa perubahan perilaku dan tindak tanduk masyarakat yang tidak sahaja
berlaku di kalangan remaja, tetapi lebih dari itu juga terjadi pada sebahagian
mereka yang telah dewasa.
Dari berbagai permasalahan kemasyarakatan yang sering
terjadi adalah permasalahan sosial, ekonomi dan politik. Namun demikian, jika
kita perhatikan lebih teliti tentang apa yang terjadi di kalangan masyarakat, maka
yang sangat dominan dan banyak mempengaruhi permasalahan ekonomi dan politik
adalah yang disebabkan oleh permasalahan yang terjadi pada perubahan sosial
masyarakat. Permasalahan kemasyarakatan ini adalah seperti : dekadensi moral,
hilang jati diri dan permasalahan kenakalan remaja lainnya. Oleh kerana itu, permasalahan
sosial yang menjadi punca permasalahan dari semua aspek kemasyarakatan, patut menjadi topik yang paling penting dan perioritas
utama untuk dibahas dan dikaji serta yang sangat perlu untuk disikapi sejak
awal dari aspek-aspek lainnya, agar perbaikan akhlak atau dekadensi moral
masyarakat hari ini tidak terlambat dan terabaikan.
Dengan keberadaan
penerbitan dan penyedian buku adalah merupakan salah satu solusi dari beberapa
solusi lain dan berbagai-ragam cara yang digunakan untuk penyadaran masyarakat.
Kesadaran ini sangat penting dan ampuh, karena ianya mampu untuk mencegah dan menyelesaikan
permasalahan yang terjadi dalam masyarakat hari ini. Buku, merupakan sarana
yang paling berkesan untuk membentuk karakteristik masyarakat madani yang mempunyai
ilmu pengetahuan yang luas dan mempunyai jati-diri yang kukuh dan berwibawa. Tidak
diragukan lagi, dengan ilmu, budi pekerti dan moral masyarakat dapat dibentuk
dan derajat kemanusiaan dapat ditingkatkan guna mencapai haknya yang
sesungguhnya iaitu insan sebagai khalifatuLlah fil ardh.
Ditinjau dari
bermacam-macam ilmu pengetahuan baik sosial, sains, ekonomi dan lain sebagainya,
maka ilmu yang khusus dan membidangi ketinggian akhlak dan kemurnian sajalah yang
mampu menyentuh langsung pada persoalan budi pekerti. Ilmu inilah yang akan
membentuk dan melekatkan seseorang pada akhlak al-karimah dan berbudi luhur
yang menjadi syarat utama sebagai insan.
Masyarakat Melayu Nusantara sudah terkenal
dengan sopan santun, lemah lembut dan budi peketi luhur yang sangat agamis. Masyarakat
Melayu Nusantara semuanya beragama Islam, mereka merupakan insan berakhlak
tinggi. Mereka dahulunya, ilmu pengetahuan secara praktis boleh dikatakan diperoleh
dari balai-balai pengajian atau di pondok-pondok pengajian, surau-surau di
kampung, madrasah-madrasah dan/atau sejenis tempat lainnya. Tempat-tempat ini mungkin hanya merupakan sebuah bangunan yang
sederhana dan sangat terbatas dari semua sisi, tetapi disebalik itu semua,
tempat-tempat ini sangat mementingkan pada nilai-nilai akhlak dan budi pekerti
luhur yang mempunyai misi dan visi agar nilai-nilai tersebut wajib dan mampu dimiliki
oleh seseorang insan yang belajar ke tempat tersebut. Di tempat tersebutlah
dipelajari ilmu-ilmu yang berdimensi ketinggian akhlak, keluhuran budi pekerti,
hukum-hakam, fiqh, tasawwuf, hikmah-hikmah, nasihat, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, secara yakin kita ketahui
bahawa orang-orang tua kita dahulu memiliki ilmu bil yaqin dan ahklaknya
lebih tinggi dan lebih memberi efek dan manfaat kepada masyarakat luas jika dibandingkan
dengan generasi hari ini.
Dari salah satu
dampak positif akibat dari pembelajaran karya-karya Melayu klasik adalah dengan
cara membandingkan dan mengamati serta memperhatikan pada faktor-faktor
moralitas, seperti terjadinya dekadensi
moral pada generasi dahulu era abad 20-an atau sebelumnya berbanding dengan era
awal abad 21-an generasi hari ini. Memang benar, tentunya tidak dapat kita
pungkiri, permasalahan kemasyarakatan tetap wujud di setiap era. Walaupun
berbeza-beza bentuk dan nilainya, namun bila kita lihat secara konprehensif dan
lebih teliti, jelas dekadensi moral yang terjadi pada generasi hari ini, jauh
lebih terpuruk dan berbahaya baik untuk peribadinya ataupun masyarakat luas, berbanding
generasi masa yang lalu. Di samping mungkin pada waktu itu, arus globalisasi
belum begitu ketara atau terasa, atau mungkin juga dikarenakan masyarakat yang
masih mempunyai nilai keagamaan dan fanatisme agama begitu kental dan kuat. Masyarakat
generasi dahulu masih berpegang teguh pada prinsip-prinsip keagamaan, terutama
akhlak dan budi pekerti luhur. Maka tidak diragukan lagi, ini yang menjadi dasar
dan asas kekuatan yang berfungsi sebagai benteng masyarakat Melayu dahulu
menjadi kukuh dan kuat, baik yang berbentuk ke dalam internal mahupun ke
luar external dalam segala lini kehidupan. Mungkin ini semua menjadi
satu yang urgen karena berkat ilmu Melayu klasik sangat berkesan dan mempunyai
daya tarik tersendiri pada pemiliknya sehingga dampak positif begitu menyatu
dengan peribadi pemiliknya. Dilihat dari sisi lain dampak positif pembelajaran
masyarakat tempo dulu adalah hasil pengajaran yang berbasis ilmu-ilmu agama
yang terbukukan dalam buku-buku Melayu klasik atau aksara Jawi (yaitu yang
bertuliskan dengan huruf Arab Melayu) sangat berakar dan mempunyai pengaruh besar
pada masyarakat generasi tersebut. Dengan itu, ilmu yang diperoleh adalah untuk
diamalkan, sehingga akhlak dan budi pekerti era tersebut tercermin dalam
kehidupan sehari-hari, dengan itu tentu masyarakat era tersebut relatif lebih
baik berbanding sekarang ini.
Melihat dan berpedoman pada etika dan keadaan
masyarakat dahulu yang berbudaya dan mempunyai karakteristik yang baik, dapat
kita menilai bahwa pengaruh ilmu yang berbasis pada buku
Melayu klasik dan wujudnya guru yang mengajarkan secara tulus ikhlas telah
terbukti keunggulan khazanah atau buku Melayu klasik. Khazanah dan/atau buku
Melayu klasik mempunyai nilai khusus untuk peradaban dan pembentukan
karakteristik insan yang berbudaya dan mempunyai moralitas yang tinggil. Dengan
kembali memberi semangat pada peremajaan buku-buku Melayu klasik dan
memperbanyak buku-buku tersebut di pasaran dan mempunyai gairah kembali dalam penerbitan
dan pengkajian buku-buku Melayu klasik, tentu akan membentuk dan memberi warna
khusus dalam khazanah perbendaharaan buku-buku di Nusantara demi masa depan
generasi yang berakhlak al-karimah.
Oleh karenanya,
penguatan dan pengembangan ini jelas pasti akan membawa dampak positif pada
generasi hari ini, yaitu salah satunya adalah dengan cara penggalian kembali
khazanah Melayu Raya, pengkajian secara mendalam, peremajaan dan memperbanyak
buku-buku tersebut di arena ilmu serta menggalakkan pihak-pihak yang berkaitan
untuk menuju ke arah tersebut. Dampak positif pada penguatan penerbitan buku
melayu klasik adalah untuk memperkuat kembali kerukunan masyarakat dan
mempertajam pemahaman terhadap khazanah budaya Melayu yang pernah jaya dan
terkenal dengan kehalusan budi pekerti dan kesantunan masyarakat Melayu
Nusantara pada satu ketika dahulu.
Dalam konteks penguataran dan pengembangan
tersebut tidak tertutup kemungkinan penerbitan tidak hanya sekedar memperbanyak
penerbit-penerbitnya saja, tetapi juga sangat penting untuk menjadikan
buku-buku tersebut diminati oleh semua kalangan masyarakat. Tentunya penerbit
akan mencari kreasi-kreasi baru dan bentuk-bentuk yang menarik sehingga
buku-buku tersebut menjadi sasaran tujuan. Yang sangat perlu diperhatikan
adalah jangan sekali-kali tujuan asal buku tersebut hilang atau pudar, bahkan
sebaliknya, tujuan asalnya adalah agar isi buku tersebut menjadi perimadona
dan kembali dipelajari baik di tingkat masyarakat bawah bahkan sampai ke
tingkat atas sekalipun.
2.1 SOSIAL POLITIK MASYARAKAT MODERN
Sosial politik
masyarakat telah wujud sejak awal peradaban manusia ada, namun, ianya belum
menjadi sesuatu pembahasan yang menarik di kalangan akademisi. Perkataan
“sosiologi” pertama kali dimunculkan adalah pada akhir abad ke-17 dan awal abad
ke-18 oleh Auguste Comte (1798-1857). Sosiologi yang dimaksud adalah bertujuan untuk
membincangkan tentang kemasyarakatan, baik yang berhubungan dengan politik,
komunikasi, budaya dan lain sebagainya.
Sosial politik
masyarakat modern yang dapat kita lihat dari beberapa perspektif, sangat
berkait rapat dengan pengaruh sosiologi politik, yaitu dengan cara yang secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai subjek area (bidang subjek). Selain itu, terdapat
juga pandangan lain yang menamakannya dengan mata rantai antar politik dan
masyarakat, antar struktur-struktur sosial dan antar struktur-struktur politik
bahkan, juga antar tingkah laku sosial dan tingkah laku politik.
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang
lebih bertumpu pada kehidupan yang berbentuk materialistik, sosial politik
masyarakat generasi modern ini adalah bentuk masyarakat yang kita kenal dengan
beberapa model budaya politik, seperti budaya politik parokial, budaya politik
subjek dan/ataupun budaya politik partisipan. Skema konsepsi tersebut didasari pada
empat konsep, yaitu ; sosialisasi politik, partisipasi politik, penerimaan atau perekrutan politik dan komunikasi politik.
Hal senada yang hampir sama juga yang sebagaimana dinyatakan oleh Almond dan
Verba (1990) yang mendefinisikan secara konseptual bahwa budaya politik adalah
sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik,
keaneka-ragaman bagian yang terdapat di dalamnya serta sikap terhadap peranan
warga negara di dalam sistem itu.
Bahkan lebih
mendetail lagi bila kita mencermati pola budaya masyarakat modern, yaitu dengan
mendasari frekuensi atau tingkat orientasi politik masyarakat itu sendiri, maka
tingkat kognisi, afeksi dan evaluasinya terhadap objek politik adalah berkisar
pada tiga tipe budaya politik, yaitu parokial, subjek dan partisipan.
Budaya Parokial ――― Struktur Politik Tradisional
Budaya Subjek ――― Struktur Politik Otoritarian Sentralistis
Budaya Partisipan ――― Struktur Politik Demokratis
Kendati demikian kompleks model pola budaya
politik pada generasi dahulu dan terintegrasi serta berhubungan dengan masyarakat
Melayu generasi terdahulu dengan beragam-ragam permasalahan ekonomi, sosial
kemasyarakatan baik sosiologi politiknya dan/atau budaya politiknya atau lain
sebagainya yang masuk di wilayah Nusantara, namun menariknya adalah budaya dan
masyarakat Melayu masih kuat dan konsisten tidak rubuh, tetapi berdiri kukuh dengan
nilai-nilai agamis dan pegangan mereka pada moral dan keperibadian luhur yang
sangat terikat kuat. Kendati masyarakat modern yang terhias dengan segala
sesuatu yang canggih dan serba mudah serta bersifat serba elektronik dan
automotif, tidak menggoyahkan keperibadian moralitas generasi Melayu terdahulu.
Bahkan sebaliknya, ini menjadi satu jaminan kekuatan
mereka untuk tidak bergeser dengan pegangan moral yang mereka miliki pada pengaruh modernitas. Masyarakat Melayu mempunyai prinsip
baja, konsisten, berdiri kukuh, tidak tergohyahkan dengan modernitas, semua itu
adalah berkat karena masih terdapat satu nilai yang sangat prinsipil dan haris
dijaga dan pegang kuat, yaitu nilai agama dan norma-norma yang berbentuk moral
dan etika. Nilai dan norma inilah yang menjadi barometer kukuhnya budi pekerti
dan akhlak masyarakat Melayu generasi tersebut. Masyarakat Melayu yang secara
umum adalah masyarakat yang agamis, santun, setia dan toleran serta berbudaya
kemasyarakatan yang kental, dapat kita kenal dengan mudah di antaranya dengan
adanya rasa kasih sayang, gotong-royong, rasa kekeluargaan yang tinggi dan
sitarurrahmi yang sangat kuat.
Namun,
ironisnya hari ini kita lihat sedikit demi sedikit terhakisnya dan memudar serta
longgarnya nilai-nilai luhur tersebut. Rasa kekeluargaan menipis,
kesetia-kawanan pudar, budi pekerti luhur hilang, dekadensi moral merajalela di
seluruh lapisan masyarakat. Perubahan paradigma masyarakat Melayu modern ini
terjadi, setelah gencar dan giat-giatnya arus globalisasi melanda dunia. Secara
umum arus globalisasi yang mempunyai dapak positif atau negatif, lebih banyak
dampak negatif yang diserap masuk dan terjadi dalam masyarakat Melayu generasi hari
ini. Hal ini sangat memperihatinkan dan sangat disayangkan, bila kita
bandingkan dengan generasi dahulu dan apa yang selayaknya terjadi pada era modern
Masyarakat hari ini. Seharusnya, generasi sekarang tidak tergilas dengan
modernitas yang berlaku, tetapi seharusnya modernitas merupakan gaya atau cara
hidup yang disandingkan, tidak harus merusakkan prinsip-prinsip hidup kita
sebagai bangsa Melayu yang agamis dan penuh norma dan nilai ketamadunan yang
tinggi.
3.1 PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN PENERBITAN
Penguatan dan
pengembangan penerbitan buku merupakan solusi dan cara bijak serta satu
alternatif yang sangat signifikan untuk mengatasi permasalahan kemasyarakatan,
terutama bidang ilmu pengetahuan dan bidang-bidang lainnya, baik yang bersifat
ekonomi, politik dan juga sosial kemasyarakatan. Hal ini menjadi lumrah dan
patut untuk terus dikembangkan dan dilestarikan, mengingat dengan pengembangan
dan dengan memperkayakan khazanah ilmu pengetahuan yang berbasis agama, sosial
kemasyarakatan dan bidang-bidang lainnya merupakan solusi cerdas untuk mengembalikan
era keemasan ketamadunan Melayu dapat bertapak dan bersanding dengan modernitas
di bumi Nusantara.
Seyogyianya
tidak menjadi halangan budaya bangsa bersanding bahu dengan kemajemukan,
kemajuan, kecanggihan dunia IT dan/atau lain sebagainya. Sudah sepatutnya,
justeru kita mesti kembali pada hakikat ketamadunan dan peradaban yang selaras
dengan kehendak zaman yaitu, kembali pada penguatan budaya Melayu yang agamis,
toleran, setia, sopan santun dan penuh norma-norma dan nilai-nilai yang berbudi
pekerti luhur yang tinggi.
Yang perlu pada
kita adalah caranya yang harus kita fikirkan bersama, ini yang menjadi penting,
yaitu tujuan dari penguatan dan pengembangan penerbitan buku-buku, apatah lagi
buku-buku yang berbasis Melayu klasik. Beberapa keutamaan atau keistimewaan, di
antara sekian banyak keunikan dan kelebihan mempelajari buku-buku Melayu klasik,
di antaranya adalah; dengan mempelajari buku tersebut seakan-akan kita dapat
merasakan nilai-nilai historis dari isi kandungan yang terdapat di dalam buku
atau naskhah Melayu tersebut. Selanjutnya, isi buku-buku dan/atau kebanyakan
buku-buku Melayu klasik, adalah isi kandungan berbentuk nasihat, agama, sejarah
ketamadunan yang sangat berguna untuk penguatan moral dan akhlak anak bangsa.
Yang menjadi tantangan adalah bagaimana untuk
menjawab sebuah solusi keberkesanan buku-buku yang diterbitkan. Bagaimana
mengkreasikan buku-buku terbitan menjadi penguatan dan untuk pengembangan
penerbitan. Ini yang menjadi pembahasan yang urgen untuk mewujudkan penerbit
yang bonafit, demi penerbitan yang bermutu dan dapat mengeluarkan buku bermutu
yang berbasis Melayu klasik.
Dari sisi yang
lain juga perlu pemikiran yang serius, guna dapat menggalakkan masyarakat
membaca atau masyarakat buku. Sehingga buku menjadi nadi kehidupan masyarakat,
mereka terikat dengan membaca buku. Kalau diumpamakan, hampir menyerupai kita
hari ini yang terikat dengan “hand set” atau alat-alat untuk
mengakses informasi (IT) lainnya. Sama
seperti seketika dahulu atau mungkin juga hari ini, di mana masih terjadi keterikatan
kita dengan jam tangan umpamanya, atau alat tulis atau benda-benda lainnya, apa
saja yang menjadi kebiasaan kita sehari-hari.
Demikianlah hendaknya kita terikat dengan buku-buku
yang bermutu lebih-lebih lagi yang berbasis Melayu klasik. Akhirnya, dengan
sendirinya akan membentuk masyarakat yang kesehari-hariannya adalah membaca
buku atau bahan-bahan ilmiyah lainnya. Singkatnya, boleh dikatakan masyarakat
yang “tiada hari tanpa membaca buku”. Selanjutnya dan seiring dengan itu,
penulis buku juga harus dari kalangan yang handal dan sosok yang benar-benar
menulis buku secara bermutu dan/atau mengkaji sesuatu konteks atau teks
benar-benar dapat memberi manfaat pada pembaca, terlebih lagi jika bidang
kajian adalah buku-buku atau naskah Melayu klasik yang perlu menguras banyak
tenaga dan waktu serta kehandalan.
Jika ini semua dapat kita bingkai dalam satu kesatuan
yang kuat, maka penguatan dan pengembangan penerbit dan penerbitan akan
bermakna ganda dan mempunyai nilai yangtinggi serta akan mendapat tempat yang sesuai di
hati masyarakat pembaca. Pemberdayaan pengadaan buku yang berbasis Melayu, bertujuan
membentuk kembali masyarakat agar menemukan kembali ketinggian budaya Melayu
yang santun, toleran, berbudi luhur dan lain sebagainya. Ini semua berguna
untuk kembali menjadikan kultur dan moral sebagai barometer dan tauladan. Moral
yang baik adalah bertujuan untuk dicontohi, demi membentuk karakteristik masyarakat
modern, agar tidak berlaku amoral dan terus terpuruk dalam dekadensi moral yang
akut.Buku-buku atau
naskhah Melayu klasik terdiri dari beragam-ragam bentuk dan bidang, ada yang berbentuk
buku ada juga yang berbentuk naskhah. Bahkan, ada juga yang berbentuk kitab,
bentuk ini yang umum yaitu, bentuk karya-karya ulama-ulama Melayu dahulu yang
telah menterjemahkan kitab-kitab yang muktabar dari bahas Arab ke dalam bahasa
Melayu-Arab, di antaranya adalah seperti :
· - Kitab
Ihya ulumuddin karangan Imam Ghazaly[1]
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, yang berubah nama kitab menjadi
kitab Sairussalikin karangan syaikh Abdul Samad al Palembani[2].
· - Kitab
Fiqh Sabil al-Muhtadin karangan Syaikh Muhammad Irsyad al-Banjari[3]
yang mensyarah kitab Sirat al-Mustaqim karangan Syaikh Nuruddin
ar-Raniry[4]
yang merupakan saduran dari kitab-kitab fiqh yang muktabar dan/atau kitab-kitab
mabsutat[5]
karangan ulama-ulama besar dalam mazhab Imam Syafie. Di samping itu
juga, terdapat kitab-kitab lain di antaranya, kitab tauhid, tasawwuf, amalan
beribadah dan lain sebagainya karangan ulama-ulama Melayu Raya, seperti :
·
Kitab
al-Daru al-Thamin karangan Syaikh Daud al-Fathani[8].
Kitab
Jamul Jawamik al-Musannafat karangan ulama-ulama Acheh dahulu yang
kembali dikumpulkan oleh Syaikh Ismail bin Abdul Muthalib al-Asyi.
·
Kitab
Miftah al-Jannah karangan Syaikh Muhammad Thaib bin Masud al-Banjari.
·
Kitab
Sifat Dua Puluh karangan atau disusun oleh Usman bin Abdullah bin Aqil
bin Yahya, di Jakarta pada tahun 1324 Hijrah.
·
Kitab
Lumatul Urfan kitab tauhid yang di tulis oleh al-Ustaz al-Haj Muhammad
Usman Basyah. Kitab
Amalan Suluk Thariqat Naqsyabandiah Abuya Tgk. H. Djamaluddin Waly.
Dan
kitab Al-Hikam karangan Abuya Tgk.H. Prof. Dr. Muhibbuddin Waly dan
banyak lagi kitab-kitab lainnya yang telah dibukukan dan yang belum dibukukan
dan ada yang perlu peremajaan, dengan tetap memelihara keaslian isi
kandungannya.
Di samping itu, juga terdapat naskhah-naskhah
klasik yang perlu ditahkikan dan dipetik isi kandungan naskhah tersebut, untuk
menjadi pedoman dalam bidang masing-masing. Naskhah tersebut di antaranya, seperti
naskhah sejarah Acheh[9]:
Sayed
Abdullah Ibni Ahmad Ibni Abd. Rahman Jamalullail. Tentang Sejarah, Sastera
Klasik atau Sastera Kitab, Politik, Adat Istiadat, Kanun dan Hukum-hakam.
·
Demikian
juga dengan (ms.) no. 3, yang berjudul “Kanun Syarak Kerajaan Aceh pada
zaman Sultan Alauddin Mansur Syah”. Tahun 1270 Hijah. Oleh Sayed Abdullah
Ibni Ahmad Ibni Abd. Rahman Jamalullail. Bidang “ Sejarah, hukum ketatanegaraan
dan undang-undang”.[1]
·
Ms.
4. Judul Tarafan susunan kerajaan
Paduka Seri Sultan Alauddin Mahkota Alam Iskandar Muda Perkasa alam Imam
Jumhuriah Al-Asyi Darusalam pada tahun 1023 Hijrah. Tarikh 1286 Hijrah. Pengarang/Penyalin
Sayed Abdullah Ibni Ahmad Ibni Abd. Rahman
Jamalullail. Gelaran Tengku di Mulek.
·
Ms.
7. Judul Perihal berkenaan dengan shalat Jumaat dan berbagai hukum shalat
sunat iadah zuhur sesuai dengan keadaannya dan tarikh kelahiran Sultah Iskandar
Muda serta sejarah lima kerajaan besar di dunia yang telah berlalu dan yang
akan datang. Tarikh 1254 H. Pengarang/Penyalin Sayed Abdullah Ibni Ahmad
Ibni Abd. Rahman Jamalullail.
·
Ms.
14. Judul Kutipan kitab Tazkirah Tabaqah tentang nasihat Sultan Iskandar
Muda dan sanksi hukuman kepada penipu dan siapa saja yang menzalimi rakyat
dengan hukuman yang telah ditetapkan.
Ms. 28. Bidang Ilmu Tasauf, ilmu Tauhid dan
huraiyan berkenaan pembahagian makhluk secara peratus. Naskhah ini membahas
berkenaan ilmu tasawuf, ilmu tauhid dan perbincangan berkenaan makhluk dan yang
terbanyak ialah para malaikat mengikut peratus daripada sekalian makhluk Allah
(SWT). Dalam pembahasan ilmu tasawuf dibincangkan berkenaan pembahagian amal
ibadah kepada amal ibadah menurut syariat, tariqat dan hakikat. Juga ikut
dihuraikan di akhir kitab ini tentang sifat
Istifqar dan istighna` daripada sifat Allah (SWT). Dalam pembahasan pembahagian
makhluk Allah (SWT) dalam bentuk peratus yang mana makhluk Allah yang paling
banyak adalah para malaikat a.s. dan seterusnya pembahagian terhadap manusia
secara keseluruhannya dan pembahasan pada criteria orang-orang saleh dan
pembahagian mereka hamba Allah yang saleh hinggalah sampai pada para nabi-nabi
yang jumlah mereka semuanya satu kati dua laksa empat ribu orang. Sedangkan
pembahasan berkenaan ilmu tauhid iaitu berkisar dengan sifat-sifat Allah (SWT)
dan segala yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah (SWT) baik yang wajib,
mustahil dan harus.
4.1 DAMPAK POSITIF
Dampak positif
dari penguatan dan pengembangan penerbitan terhadap sosial politik masyarakat
generasi hari ini, di antaranya adalah : dengan banyaknya penerbitan buku-buku bermutu
dan pengkajian buku-buku Melayu klasik secara khusus, maka masyarakat modern
kita hari ini, kiranya dapat kembali bercermin untuk kesesuaian hidup dan
menyesuaikan diri. Modernitas pada era kecanggihan di zaman sekarang ini, tidak
mesti membawa perubahan moral, tetapi masyarakat harus tetap kukuh dan kuat
dengan kesantunan, kesopanan dan keluhuran budi pekerti.
Masyarakat harus mampu menyandingkan budaya
Melayu yang telah terbukti, yaitu kuat memegang prinsip-prinsip agama dan
memelihara kemurnian akhlak dan budi pekerti dengan modernitas. Dengan prinsip-prinsip
sosial kemasyarakatan yang baik, tulus dan harmonis serta bernuansa agama yang benar, maka politik, bahkan
semua lini kehidupan akan ikut baik dan serasi, sejalan dengan norma-norma yang
seharusnya. Ini semua karena ketulusan hati dan kedamaian di hati telah terajut
dengan sangat kuat, yang disebabkan prinsip moral yang tinggi dan ketulusan dari
anak bangsa secara keseluruhan.Dengan terwujudnya peremajaan kembali dan pengkajian
secara menyeluruh dan spesifik naskhah-naskhah Melayu klasik yang
tidak hanya terdapat di negara-negara nusantara, tapi juga terdapat di museum-museum atau pustaka
terkemuka dunia, seperti di Inggeris, Jerman, Spanyol dan Belanda, maka akan
membuka geo-politik wawasan nusantara atau Melayu Raya dalam pengkajian yang
serius. Hal ini berpeluang pada membangun ekonomi politik lebih terserlah dan sekaligus dapat mengangkat
derajat ekonomi masyarakat, lebih baik lagi. Di samping itu, dampak positif
moralitas masyarakat secara umum dengan terbentuknya moral bangsa yang tulen
dan sesuai dengan ketamadunan jati-dirinya yang istimewa, seperti keluhuran
budi pekerti dan sifat ketauladanan lainnya, maka geo-politik akan terarah pada posisi dan proporsi yang selayaknya, maka di sana
dapat dibayangkan tidak mungkin terjadi lagi hal-hal yang merendahkan kewibawaan
bangsa, akibat politik pragmatis yang rakus, seperti kolusi, korupsi, dan
nepotisme yang membawa kepada kerusakan peradaban masyarakat itu sendiri. Akan
tetapi, justru akan terjadi geo-politik yang sehat yang benar-benar mencerminkan
“politik” sebagai wahana untuk menjalankan visi dan misi dalam mensejahterakan
masyarakat dan memakmurkan negara.
Pemerintahan merupakan komponen dominan dalam
menjalankan visi dan misi tersebut, tentunya dengan geo-politik yang sehat
sebagaimana norma-norma yang patut untuk dijalankan demi mencapai kesejahteraan
dan kemakmuran yang berbasis kedamaian dan ketamadunan sesuai kearifan lokal (local
wisdom). Hal ini terbukti, dengan tampilan masyarakat Melayu dahulu di dunia Melayu Raya, dengan berkat pengaruh ilmu-ilmu yang didapatkan
dari khazanah Melayu klasik sehingga membentuk moral masyarakat yang agamis yang mampu berjuang dan mempertahankan harkat
martabat dari penjajahan luar. Mereka mampu menunjukkan nasionalisme yang
tinggi dan patriotisme yang sejati dalam melawan dan
menentang untuk membendung dan menghalau penjajahan di negeri mereka.
Moral mereka
adalah semangat jati diri yang sebenar, sebagaimana yang seharusnya terjadi sesuai
butiran-butiran ilmu yang terdapat dalam khazanah Melayu klasik. Jika seandainya, semangat moralitas kaum
terdahulu dapat kita tapaki kembali hari ini dengan mempunyai gagasan-gagasan
baru dalam warna modernitas, maka, dapat dibayangkan sosial politik yang
berlunaskan pada ketinggian moral dan ketamadunan bangsa, ketamadunan Melayu
akan menjadi salah satu bangsa yang dapat membawa gelombang dunia, kearah yang
lebih bertamadun, damai dan sejahtera sesuai dengan tujuan kewujudan manusia di
dunia ini. Dampak positif juga
dapat dilihat dari segi internal kemasyarakatan, yaitu terjalinnya silaturrahmi
yang tinggi, kesantunan dan lain sebagainya yang berada di bawah payung
moralitas yang sesuai dengan norma yang terdapat dalam khazanah Melayu klasik,
yaitu merekatkan dan mengeratkan kesatuan dan persatuan bangsa, bagai satu tubuh
yang tidak boleh bercerai-berai antara satu anggota dengan yang lainnya. Inilah
yang disebut ukhuwah atau persaudaraan yang perlu untuk terus dilestarikan dan
dipupuk, jangan sampai terbiar dan runtuh dengan sendirinya.
Kemunduran dan/atau kekalahan sebuah bangsa
adalah disebabkan keruntuhan moral bangsa tersebut. Oleh karenanya baginda
Rasulullah menegaskan bahwasanya salah satu sebab pengutusan kerasulan baginda
Rasulullah (saw) ke dunia ini, adalah untuk penyempurnaan akhlak. Ini jelas
dengan kemuliaan akhlak hati yang bengis dapat didamaikan, kedengkian hati dapat dihilangkan, hati yang takabur dan
tidak khusyuk dapat ditentramkan. Dengan hati
yang tuluslah, kunci kesuksesan dan kedamaian untuk mencapai kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirat.
5.1 KESIMPULAN
Penguatan dan
pengembangan penerbitan buku-buku atau naskhah dalam khazanah Melayu klasik,
sangat perlu untuk diapresiasi dan ditindak lanjuti. Penguatan ini sangat potensial
untuk mengembalikan khazanah Melayu pada posisi dan proporsinya, sebagai
barometer pembentuk moralitas dan budi pekerti yang luhur yang sepatutnya
menjadi pakaian hidup kita generasi hari ini. Pengkajian dan peremajaan kembali
khazanah Melayu klasik, sangat edial dan signifikan dijadikan pembahasan yang
serius agar penguatan dan pengembangan penerbitan buku-buku yang berbasis
Melayu klasik lebih terserlah lagi. Penguatan dan pengembangan ini dapat member
dampak positif pada masyarakat generasi hari ini.
KEPUSTAKAAN
KEPUSTAKAAN
A. Hasjmy. 1975. Iskandar Muda meukuta alam.
Jakarta. Penerbit Bulan Bintang.
A. Hasjmy. 1976. Peranan
Islam dalam perang Aceh dan perang kemerdekaan Indonesia. Jakarta. Penerbit Bulan-Bintang.
A. Hasjmy. 1983. Kebudayaan Aceh dalam sejarah.
Jakarta. Beuna.
Abdullah Sani
Usman Basyah. 2010. Krisis Legitimasi Politik dalam sejarah Pemerintahan di
Aceh. Jakarta. Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.
Abdullah Sani Usman. 2005. Nilai sastera ketatanegaraan
dan undang-undang dalam kanun syarak kerajaan Aceh dan bustanus salatin.
Bangi. Penterbit UKM.
Anthony D.
Smith. 1993. Tentang konsep bangsa dalam A Europe of Nations—or the Nations of Europe?,”
Journal of Peace Research, Vol. 30, No.2.
Ariffin Omar. 1999. Revolusi Indonesia dan bangsa
melayu runtuhnya kerajaan-kerajaan melayu sumatera timur pada tahun 1946. Pulau Pinang.
Penerbit Universiti Sains Malaysia.
Blank, Robert H. 1980. Political parties an
introduction. United State of America. Prentice-Hall, Inc.
Carr, E.H. 1945. Nationalism & After,
London: Macmillan. Development & Discourse.
Dada Meuraxa. 1974. Sejarah kebudayaan Sumatera. Medan.
Penerbit Firma Hasmar.
Davies,
Matthew N. 2005. Indonesia`s war over Aceh last stand on Mecca`s porch.
London and New York. Routledge.
Devine, Donald. 1972. The Political Culture
of the United States. Boston: Little
Giddens, Anthony. 1998. The Third Way. Cambridge:
Polity Press.
Hertz, S. 1945. Nasionalism, In History and Politics.
London: Kegan Paul.
Heywood, Andrew. 1998.Political Ideologis:
An Introduction. London: Macmillan
Horsman, Mathew & Andrew Marshal. 1994. After
The Nation State: Citizens,
Huntington, Samuel. 1996. The Clash
of Civilizations and The Remaking of World Inroads & Intrusion.
Princeton: Princeton University Press.
Kahin, McT. 1952. Nationalism and Revolution in Indonesia.
Ithaca: Cornell University Press.
Kamenka, E. (ed). 1976. Nationalism: The
Nature & Evolution of an idea. London:
Koch, D.M.G. (1950). Omde Vrijheid:De Nationalische Beweging in Indonesiae.
Jakarta: Pembangunan.
Korten, David. 1996. When Corporations Rule
The World. Conecticut California: Kumarin Press Inc & Berret-Koehler
Publisher.
Lake & Rotchild. 1998. The
International Spread of Ethnic Conflict. Princeton:
Nagazumi. 1972. The Dawn of Indonesian Nationalism.
Tokyo: Institute Developing Economics.
Ohmae, Kenichi. 1995. The End of The Nation
State. The Rise of The Regional
Olzal, Susan. 1992. The Dynamics of Ethnic
Competition & Conflict. Stanford: Order. New York: Simon and
Schuester Inc. Peace.. West Hartford: Kumarian Press. Press
Ltd. Press. Princeton University Press.
Rosenau,
Pauline Marie. 1992. Post-Modernism & The
Social Sciences, Insights,
Snyder. 1960. Varieties of Nationalism.
Cambridge: Harvard University Press. Stanford University Press.
Wertheim, W.F. 1956. Indonesian Society in Transition.
The Hague: vanHoeve.
No comments: